Proses Produksi Pipa Besi Tuang
(Cast Iron Pipe)
Latar Belakang
Setiap perusahaan yang bergerak dibidang minyak dan gas selalu mengedepankan sistem perpipaan yang efektif dan aman digunakan. Baik itu digunakan dalam menyalurkan minyak dan gas dari sumur (well) menuju ke area pengolahan (central plant) ataupun dari area pengolahan menuju konsumen area (selling process). Pemilihan pipa yang aman dan tahan terhadap korosilah yang dipilih. Atas dasar itulah para ahli dibidang material menciptakan suatu pipa yang terbuat dari besi tuang, karena pipa tersebut lebih tahan korosi dibanding pipa baja.
Pengertian dan sifat Besi Tuang
Besi Tuang (Cast Iron) adalah Kumpulan nama dari paduan besi karbon yang memiliki persentase kadar karbon kira-kira 2-4%. Oleh karena kadar karbon itu material ini sudah dapat menjadi encer dan cair pada temperatur yang cukup rendah (1200 C), kalau didinginkan, material tersebut beralih menjadi bentuk yang padat, sebaliknya kalau dipanaskan besi tuang berubah cepat dari bentuk padat kebentuk cair.
Besi Tuang tidak dapat ditempa, tetapi jika besi tuang itu masih encer dan cair maka besi tuang itu dapat dimasukkan kedalam berbagai bentuk cetakan. Besi Tuang tidak terlalu mampu menahan tarikan dan juga tidak terlalu elastis, apabila ada tarikan yang besar terutama pada pelengkungan maka besi tuang ini akan cepat patah.
Jenis logam
Keuletan
(%) Titik Cair
oC Kekerasan
(Brinell)
Besi dan baja
Besi cor kelabu
Besi Cor putih
Baja
110 – 207
310
276 – 2070
0 – 1
0 – 1
15 – 22
1370
1370
1425
100 – 150
450
110 – 500
Bukan Besi
Aluminum
Tembaga
Magnesium
Seng (tuang)
Titan
Nikel
83 -310
345 – 689
83 – 345
48 – 90
552 – 1034
414- 1103
10 – 35
5 – 50
9 – 15
2 – 10
-
15 – 40
660
1080
650
785
1800
1450
30 – 100
50 – 100
30 – 60
80 – 100
158 – 266
90 - 250
Tabel 1. Perbandingan daya tarik, keuletan, titik cair, dan kekerasan pada logam baja besi dan bukan besi
Pipa Besi Tuang(Cast Iron Pape)
Pipa bersoket adalah pipa besi tuang yang paling banyak didapat, pada ujung yang satu dari pipa tersebut ada bagian yang lebih lebar dan lebih tebal yaitu soketnya, pada ujung yang lain dinding pipa tidak dipertebal dan disebut ujung spigot (spigot end). Ujung spigot yang satu berukuran yang sesuaian dengan ujung soket pipa yang berikutnya.
Adapula pipa dengan Flensa pada kedua ujungnya, sehingga pipa-pipa tersebut dapat disambungkan dengan sebuah baut. Pipa berflensa biasanya hanya dipakay sementara untuk pipa saluran yang ada diatas permukaan tanah.
Gambar Pipa Besi Tuang Noduler
Proses Memproduksi Pipa Besi tuang
Adapun proses Produksi pipa besi cor ini dapat kita urutkan sebagai berikut:
1. Proses Peleburan atau Pencairan logam Besi
2. Proses Penuangan
3. Proses Penguatan
4. Proses Pembersihan
5. Proses Pemotongan
6. Proses Pengujian
7. Proses Galvanizing
8. Proses Pelapisan lanjut
Proses Pencairan Logam
Jenis dapur yang sering digunakan untuk melebur besi agar menjadi cair adalah jenis dapur busur listrik. Busur listrik langsung (electrical arc furnace) disini menggunakan arus mengalir melalui elektroda ke muatan logam atau logam cair dan kembali ke elektroda. Pada tanur dapur listrik ini ruang dapur terdiri dari batu tahan api jenis asam, beralaskan serbuk ganister dan berdinding batu silika. Awalnya besi bekas yang memiliki kadar belerang dan fosfor yang rendah dicampur dengan ingot sebelumnya dan paduan magnesium untuk meningkatkan kemampuaan ketahanan terhadap korosi. Campuran tadi dimasukkan dengan mengangkat dan memutar atap dapur. Pada tutup dapur terdiri dari tiga lubang atau lebih untuk elektroda grafit yang akan mengenai besi tua. Arus tiga fasa mengalir melalui elektroda yang satu ke tumpukan logam yang akan dilebur dan yang lainnya kembali ke elektroda untuk membentuk busur listrik kembali. Besarnya temperatur panas yang dihasilkan dari electrical arc furnace ini adalah 1500oC Keuntungan lainnya dari penggunaaan busur elektrik ini adalah pengenalan terhadap suhu dapat dilakukan dengan cermat dan komposisi dari logam dapat dikendalikan. Dan sebelum ingot dicetak terlebih dahulu ingot ditampung didalam ladle furnace untuk pengaturan suhu agar logam bisa baik untuk dicor yaitu sekitaran 1490 – 1500 oC.
Proses Penuangan secara Vertikal
Cara pabrikasi yang masih kuno namun sampai sekarang masih cukup evektif dalam memproduksi pipa besi tuang ini adalah dengan pabrikasi menuang secara vertikal. Pipa dihasilkan dengan cara menuangkan besi tuang kedalam cetakan berdiri, yang dinamai kotak tuang(Casting Box). Kotak Tuang ini dilapisi dengan cetakan pasir, dan Dibagian dalam dari cetakan atau disebut inti(poros) juga dari pasir padat. Dibagian ruang yang tersisa itulah Besi Tuang dituangkan. Setelah membeku cetakan pasir itupun dilepaskan dan hasilnya dapat digarap lebih lanjut lagi.
Proses Penuangan secara Sentrifugal
Gambar 2. proses pengecoran sentrifugal
Akan tetapi ada juga proses penuangan yang dinamakan proses penuangan secara sentrifugal, maka material tersebut akan mendapatkan sifat yang lebih baik. Menuang secara sentrifugal dapat dilakukan dengan cetakan yang berputar cepat dalam posisi yang hampir horizontal. Olehkarena perputaran yang sangat cepat ini, besi tuang yang masih cair ini terombang-anbing menyinggung dinding cetakan, sehingga inti(poros) cetakan tidak diperlukan lagi. Material itu begitu menyebar sehingga menghasilkan benda dengan tebal dinding yang merata. Hanya untuk membuat soket, maka inti harus dipasang.
Untuk lebih jelas maka proses tersebut dapat kita ilustrasikan sebagai berikut :
Lapisan tahan api disemprotkan ke permukaaan dalam cetakan pipa dan penutup yang terbuat dari pasir resin di tempatkan pada ujung pipa utnuk mendapatkan bentuk socket. Leburan besi dituangkan dari ladle furnace ke salah satu ujungnya dengan hati-hati ke dalam cetakan pipa yang berputar cepat dengan adanya pengaruh putaran gaya sentrifugal. Dikarenakan adanya gaya sentrifugal ini logam cair terlempar keluar dan tertekan pada permukaan cetakan sehingga akan membentuk pipa berongga silindris sesuai dengan bentuk cetakan dan penutup pipa. Disini tidak diperlukan adanya inti. Lapisan tahan api pada cetakan memungkinkan terjadinya solidifikasi dengan cepat. Dan benda hasil coran akan padat dan kotoran akan terhimpun dibagian dalam sehingga memudahkan untuk dilakukan proses permesinan lebih lanjut. Selain mempercepat terjadinya solidifikasi juga akan memperlambat proses pendinginan pada pipa dan mencegah terbentuknya karbit. Ini akan membuat pipa lebih ulet dan memiliki deformasi yang agak tinggi. Proses rotasi sentrifugal akan terus terjadi sampai solidifikasi selesai. Ketebalan dari pipa bisa diatur sesuai kebutuhan denagan cara menyetel pengendali jumlah logam cair yang masuk. Perputaran diatur sedemikian rupa sehingga gaya pada dinding cetakan adalah 70g (70 x gravitasi) kecepatan perputaran dapat dihitung dari rumus :
Dimana :
N : kecepatan putaran dalam rpm
G factor : kelipatan besar gaya g yang diinginkan
g. : 9,8 m/detik (percepatan gravitasi)
r : jari-jari cetakan
Sifat yang lebih baik dari material tersebut muncul karena zat karbonnya terbagi lebih merata dan stuktur dari besi tuang itu menjadi lebih padat.Ketahanan dari daya tarik dan daya lengkung juga menjadi bertambah.
Proses Penguatan Pipa
Gambar 4. Proses penguatan pipa
Dalam tanur penguatan, pipa dipanaskan pada temperatursekitar 750oC selama beberapa jam agar pemanasan menjadi merata karena jika pemanasan tidak merata bisa terjadi peretakan dalam struktur (distorsi) selain itu pemanasan ini berfungsi memperbaiki struktur mikro dari logam sehingga meningkatkan sifat kelenturan dan tentu saja kekerasan dan kerapuhan dari logam dapat diturunkan sampai memenuhi persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula sedangkan keuletan akan meningkat. Pemanasan ini termasuk suatu proses anilisasi pada suhu dibawah suhu kritis AC3 berarti pada suhu ini belum terbantuk struktur austenit seluruhnya hanya sedikit austenit dan beberapa persen mengandung besi ferit setelah itu disusul dengan pendinginan secara perlahan untuk mendapatkan keuletan yang diinginkan. Meskipun pada proses ini menghasilkan baja yang lebih lunak ,proses ini berbeda dengan proses temper karena disini sifat-sifat fisis dapat dikendalikan dengan cermat. Tanpa mengurangi kekuatan baja secara signifikan.
Proses pembersihan
Setelah pipa keluar dari tanur penguatan, pipa kemudian dimasukkan kedalam mesin pembersihan. Dimana di ruang pembersihan itu pipa akan mengalami proses shot blasting yaitu proses penyemprotan air dengan menggunakan alat menyerupai paku yang berfungsi sebagai sprayer sampai bersih untuk dipersiapan proses berikutnya yaitu proses pelapisan dengan menggunakan zinc. Selain berfungsi uantuk membersihkan di dalam proses ini juga membantu proses penguatan pipa walaupun sedikit. Terjadi peningkatan percepatan pendinginan utnuk meningkatkan sedikit kekutan dari material pipa ductile ini. Pipa dimasukkan ke dalam mesin yang berputar agar seluruh permukaan dari pipa tersebut bersih secara merata.
Gambar 7. Proses washing dengan sprayer
Proses Pemotongan
Setelah dibersihkan pipa siap untuk di galvanizing dengan zinc, sebelum itu pipa akan dipotong dan dichamfer bagian socket dan spigot sesuai dengan kebutuhan dan pemasaran. Proses ini dilakukan oleh mesin dengan ketelitian yang sangat akurat. Ketelitian yang buruk akan mengakibatkan kesulitan dalam pemasangan pipa.
Gambar 8. Pipe cropping
Pengujian tekanan hidrolik
Untuk menjaga agar pipa tidak mengalami kebocoran dan tahan terhadap tekanan yang disebabkan oleh fluida yang dialirkannya maka dalam rangkaian proses ini diperluikan sebuah uji ketahanan hidrolik. Pengujian akan diulang hingga mencapai perbandingan angka kualitas yang direkomendasikan, khususunya untuk pipa yang mengalirkan gas bertekanan tinggi hingga ribuan Psi akan sangat riskan sekali menggunakan pipa dengan tingkat ketahanan dalam yang rendah. Pengujian ini dilakukan oleh sebuah peralatan yang sangat canggih, hanya dibutuhkan waktu sekian menit saja untuk menyelesaikan pengujan ini.
Gambar 9. Pengujian tekanan hidrolik
Galvanizing
Untuk mencegah terjadinya korosi yang disebabkan oleh air dan zat asam dari lingkungan dan fluida yang dialirkan perusahaan ini menggunakan zinc atau seng yang bertindak sebagai anoda yang lebih tinggi. Air dan zat asam terlebih dahulu akan menyerang zat yang memiliki kadar asam yan lebih tinggi seperti kita lihat dari reaksi di bawah ini :
Zn + H2SO4 ZnSO4 + H2
Zn + 2HCl ZnCl2 + H2
Zn + 2H2O + O2 2Zn (OH)2
Zn (OH)2 ZnO + H2O
Reaksi diatas terlebih dahulu terjadi sebelum reaksi okosidasi anodik pada besi seperti dibawah ini :
4Fe + 6H2O + 3O2 4Fe (OH)3
2Fe (OH)3 Fe2O3 + 3H2O
Fe + 2 HCl FeCl2 + H2
Pencegahan terhadap reaksi korosif logam tak sejenis (galvanic) ini banyak para insinyur menggunakan istilah deret galvanis. Deret galvanis ini lebih dipilih oleh para insinyur dari pada deret elektrokimia karena faktor-faktor sebagai berikut :
1. Deret elektrokimia memuat data yang bersifat mutlak dan kuantitaif dalam perhitungan teliti, sedangkan deret galvanis hubungan antara logam satu dengan logam yang lainnya
2. Deret elektrokimia harus dan hanya memuat data tentang unsure-unsu logam sedangkan deret galvanic memuat informasi baik mengenai logam murni maupun paduan (lebih praktis)
3. Deret elektrokimia diukur dalam keadaan baku sedangkan deret galvanis diperoleh dari ukuran pengaruh pada kondisi-kondisi tempratur, tekanan, dab semua elektrolit.
Dari tabel galvanis ataupun dari table elektrokimia nilai dari logam seng lebih tinggi nilai anodanya ( - ) dari pada nilai dari logam baja, korosi dapat dicegah karena reaksi galvanis terjadi dulu pada seng.
Gambar 10. Galvanizing process
Proses Pelapisan lanjutan (mortal lining)
Gambar 11. Mortal lining
Pelapisan lanjutan yaitu pelapisan bagian dalam pipa dengan menggunakan semen. Dimana pipa dilapisi dengan adukan semen dengan pasir yang berkualitas tinggi. Adukan semen ini dimasukkan ke dalam pipa yang berputar dengan kecepatan tinggi sehingga penyebarannya menjadi merata pada seluruh permukaan bagian dalam pipa. Lapisan semen ini akanmembuat lapisan dalam pia tahan terhadap perkaratan dan mengurangi terjadinya putaran air dalam pipa. Lapisan semen jika bertemu dengan kandungan sedikit air maka akan berubah menjadi asam yang memiliki sifat anodic yang tinggi. Setelah itu pada bagian luar dari pipa dicat dengan mengguakan cat bituminous yang tidak lain mengurangi dari korosi akibat udara luar. Yang berfungsi melindungi terjadinya korosi awal pada zinc. Diibaratkan ini seperti tameng pertama pencegah korosi. Selain menggunakan cat bituminus bisa juga digunakan cat aspal dari batubara. Dimana teknik pengecatan dilakukan dengan menggunakan spray.
Sifat Pipa Besi Tuang
Sudah kita ketahui bahwa besi tuang sangat tahan terhadap karat. Kulit tuang Yang bersifat melindungi dapat menolak perusakan yang disebabkan pengaruh udara luar. Tapi nyatanya pada jenis-jenis permukaan tanah tertentu, besi itu bisa habis berkarat sementara zat karbonnya tetap tinggal. Oleh karena zat karbon ini mirip sekali dengan isi pensil, maka gejala ini disebut pemensilan pipa. Jadi, dalam kondisi seperti tadi pipa besi tuang harus dilindungi secara ekstra.
Oleh karena pabrikasi pipa besi tuang cukup sederhana, maka dalam banyak hal pipa ini masih merupakan pilihan yang cukup murah. Pipa dari besi tuang nodular dapat menahan tekanan dari luar lebih baik daripada pipa besi tuang biasa. Pipa besi tuang nodular dipakai pada tempat-tempat di mana beban yang berubah semakin berat, Pipa besi tuang biasa (kelabu) lebih gampang digarap daripada pipa besi tuang nodular. Oleh sebab itu pipa dari besi tuang biasa yang menjadi pilihan utama. Apalagi kalau sebelumnya sudah diketahui akan banyak lubang-lubang (pada penyambungan sisi pipa) yang harus dibuat pada pipa itu.
Selain dibuat sebagai pipa lurus, Besi tuang juga dapat dituangkan untuk pembuatan pipa berprofil ataupun aksesoris dan peralatan dari jaringan saluran pipa. Oleh karena besi tuang hampir selalu dapat dituang dalam bentuk apapun, maka ia merupakan material pilihan untuk membuat asesoris. Dalam bidang distribusi air ada kebutuhan untuk membuat sejumlah besar macam ragam asesoris, seperti lengkungan, mulut pipa (nozzle), soket, katup, dan pipa peralihan. Pipa besi tuang juga hanya akan memakai asesoris dari besi tuang.Asesoris untuk pipa besi tuang harus mempunyai sifat yang sama dengan sifatmaterial pipanya.
Teknologi yang sangat canggih seperti sekarang sangat membantu kita dalam melakukan proses produksi secara baik dan ekonomis, sehingga kita dapat memproduksi berbagai alat atau perkakas dari bahan besi cor ke dalam berbagai macam bentuk.
Selasa, 11 Mei 2010
MIKROSKOP
MIKROSKOP
Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Mikroskop bisa kita temukan didunia pendidikan mulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi dan instansi/lembaga lain yang memiliki laboratorium khususnya yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA/Biologi). Biologi adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup dan segala perikehidupannya.
Prinsip Kerja
Perbesaran total diperoleh dengan cara mengalikan perbesaran objektif dengan perbesaran okuler. Misalnya perbesaran total yang diperoleh dari objektif 40 kali dan okuler 10 kali ialah 40 x 10 = 400 kali. Sedangkan prinsip kerja/proses pemantulan cahaya/pengamatan pada miksorskop.
Perbesaran saat menggunakan objektif 100 kali, diafragma iris kondensor harus digunakan dalam keadaan terbuka penuh, karena objektif dengan perbesaran tiggi memebutuhkan lebih banyak cahaya. Perbesaran objektif 100 kali juga harus menggunakan minyak imersi. Hal ini bertujuan untuk mencegah hilangnya cahaya yang disebabkan oleh perbedaan bias (refraktif) antara kaca dan udara. Indeks bias udara 1, sedangkan kaca 1.56 dan indeks bias minyak imersi sama dengan kaca yaitu 1,56
B. Bagian-bagian Mikroskop
Mikroskop terdiri dari bagian optik dan non optik. Bagian optik meliputi lensa-lensa. Lensa-lensa mikroskop merupakan lensa gabungan (compound lenses) yang disatukan menjadi suatu unit kesatuan. Bagian non optik meliputi antara lain kaki, meja objek dan lengan.
Keterangan gambar :
1. Lensa okuler
2. tabung
3. Pengatur kasar/makrometer
4. Pengatur halus/mikrometer
5. Revolver
6. Lensa objektif
7. Lengan
8. MejaObjek
Lensa Okuler, lensa yang terletak pada ujung mikroskop, dekat mata (biasanya pembesaraanya 5 kali, 10 kali, 15 kali)
Lensa objektif, lensa yang terletak pada tabung, dan menempel pada revolver, lensa ini dengan pembesaran beraneka macam sesuai dengan model dan pabrik pembuatnya. Misalnya 4 kali, 10 kali, 40 kali, dan 100 kali.
Meja Preparat, tempat meletakkan objek (preparat yang akan dilihat.Kondensor, tersusun dari lensa gabungan yang berfungsi mengumpulkan sinar.
Diafragma, berfungsi mengatur banyaknya sinar yang masuk dengan mengatur bukaan iris. Letak diafragma melekat pada diafragma di bagian bawah. Pada mikroskop sederhana hanya ada diafragma tanpa konensor.
Cermin, mempunyai dua sisi, sisi cermin datar dan sisi cermin cekung, berfungsi memantulkan sinar dari sumber sinar.
Pengatur kasar dan Pengatur halus, komponen ini letaknya pada bagian lengan dan berfungsi untuk mengatur kedudukan lensa objektif terhadap objek yang akan dilihat.
Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
A. Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain.
Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor. Pada mikroskop modern sudah dilengkapi lampu sebagai pengganti sumber cahaya matahari.
Lensa obyektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir. Ciri penting lensa obyektif adalah memperbesar bayangan obyek dan mempunyai nilai apertura (NA). Nilai apertura adalah ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.
Lensa okuler, merupakan lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung, berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif. Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4 – 25 kali.
Lensa kondensor, berfungsi untuk mendukung terciptanya pencahayaan pada obyek yang akan difokus, sehingga bila pengaturannya tepat akan diperoleh daya pisah maksimal. Jika daya pisah kurang maksimal, dua benda akan tampak menjadi satu. Perbesaran akan kurang bermanfaat jika daya pisah mikroskop kurang baik.
B. Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa obyektif. Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop cahaya sehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga obyek yang tebal dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasanya 10 kali, sedangkan lensa obyektif menggunakan sistem zoom dengan perbesaran antara 0,7 hingga 3 kali, sehingga perbesaran total obyek maksimal 30 kali. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat lensa obyektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator. Pengatur fokus obyek terletak disamping tangkai mikroskop, sedangkan pengatur perbesaran terletak diatas pengatur fokus.
C. Mikroskop Elektron
Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu untuk melakukan pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.
Diagram transmisi dari sebuah mikroskop electron
Fenomena Elektron
Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena di mana elektron yang dipercepat dalam suatu kolom elektromagnet, dalam suasana hampa udara (vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang 100.000 kali lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga bahwa medan listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin seperti pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya.
Jenis-jenis mikroskop Elektron
1. Mikroskop Transmisi Elektron (TEM)
Mikroskop transmisi elektron (Transmission electron microscope-TEM)adalah sebuah mikroskop elektron yang cara kerjanya mirip dengan cara kerja proyektor slide, di mana elektron ditembuskan ke dalam obyek pengamatan dan pengamat mengamati hasil tembusannya pada layar.
1.1 Sejarah Penemuan
Seorang ilmuwan dari universitas Berlin yaitu Dr. Ernst Ruska [1] menggabungkan penemuan ini dan membangun mikroskop transmisi elektron (TEM) yang pertama pada tahun 1931. Untuk hasil karyanya ini maka dunia ilmu pengetahuan menganugerahinya hadiah Penghargaan Nobel dalam fisika pada tahun 1986. Mikroskop yang pertama kali diciptakannya adalah dengan menggunakan dua lensa medan magnet, namun tiga tahun kemudian ia menyempurnakan karyanya tersebut dengan menamahkan lensa ketiga dan mendemonstrasikan kinerjanya yang menghasilkan resolusi hingga 100 nanometer (nm) (dua kali lebih baik dari mikroskop cahaya pada masa itu).
1.2 Cara Kerja
Mikroskop transmisi eletron saat ini telah mengalami peningkatan kinerja hingga mampu menghasilkan resolusi hingga 0,1 nm (atau 1 angstrom) atau sama dengan pembesaran sampai satu juta kali. Meskipun banyak bidang-bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dengan bantuan mikroskop transmisi elektron ini.
Adanya persyaratan bahwa "obyek pengamatan harus setipis mungkin" ini kembali membuat sebagian peneliti tidak terpuaskan, terutama yang memiliki obyek yang tidak dapat dengan serta merta dipertipis. Karena itu pengembangan metode baru mikroskop elektron terus dilakukan.
1.3 Preparasi sediaan
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan persiapan sediaan dengan tahap sebagai berikut : 1. melakukan fiksasi, yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur sel yang akan diamati. fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa glutaraldehida atau osmium tetroksida. 2. pembuatan sayatan, yang bertujuan untuk memotong sayatan hingga setipis mungkin agar mudah diamati di bawah mikroskop. Preparat dilapisi dengan monomer resin melalui proses pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan menggunakan mikrotom. Umumnya mata pisau mikrotom terbuat dari berlian karena berlian tersusun dari atom karbon yang padat. Oleh karena itu, sayatan yang terbentuk lebih rapi. Sayatan yang telah terbentuk diletakkan di atas cincin berpetak untuk diamati. 3. pelapisan/pewarnaan, bertujuan untuk memperbesar kontras antara preparat yang akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat menggunakan logam berat seperti uranium dan timbal.
2. Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)
Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)adalah merupakan salah satu tipe yang merupakan hasil pengembangan dari mikroskop transmisi elektron (TEM).Pada sistem STEM ini, electron menembus spesimen namun sebagaimana halnya dengan cara kerja SEM, optik elektron terfokus langsung pada sudut yang sempit dengan memindai obyek menggunakan pola pemindaian dimana obyek tersebut dipindai dari satu sisi ke sisi lainnya (raster) yang menghasilkan lajur-lajur titik (dots)yang membentuk gambar seperti yang dihasilkan oleh CRT pada televisi / monitor.
3. Mikroskop pemindai elektron (SEM)
Mikroskop pemindai elektron (SEM) yang digunakan untuk studi detil arsitektur permukaan sel (atau struktur jasad renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga dimensi.
3.1 Sejarah penemuan
Tidak diketahui secara persis siapa sebenarnya penemu Mikroskop pemindai elektron (Scanning Electron Microscope-SEM) ini. Publikasi pertama kali yang mendiskripsikan teori SEM dilakukan oleh fisikawan Jerman dR. Max Knoll pada 1935, meskipun fisikawan Jerman lainnya Dr. Manfred von Ardenne mengklaim dirinya telah melakukan penelitian suatu fenomena yang kemudian disebut SEM hingga tahun 1937. Mungkin karena itu, tidak satu pun dari keduanya mendapatkan hadiah nobel untuk penemuan itu.
Pada 1942 tiga orang ilmuwan Amerika yaitu Dr. Vladimir Kosma Zworykin[2], Dr. James Hillier, dan Dr. Snijder, benar-benar membangun sebuah mikroskop elektron metode pemindaian (SEM) dengan resolusi hingga 50 nm atau magnifikasi 8.000 kali. Sebagai perbandingan SEM modern sekarang ini mempunyai resolusi hingga 1 nm atau pembesaran 400.000 kali. Mikroskop elektron cara ini memfokuskan sinar elektron (electron beam) di permukaan obyek dan mengambil gambarnya dengan mendeteksi elektron yang muncul dari permukaan obyek.
3.2 Cara Kerja
Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi pada mikroskop optic dan TEM. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan sampel ketika permukaan sampel tersebut dipindai dengan sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar bisa dilihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk melihat obyek dari sudut pandang 3 dimensi.
3.3 Preparasi sediaan
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan persiapan sediaan dengan tahap sebagai berikut : 1. melakukan fiksasi, yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur sel yang akan diamati. fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa glutaraldehida atau osmium tetroksida. 2. dehidrasi, yang bertujuan untuk memperendah kadar air dalam sayatan sehingga tidak mengganggu proses pengamatan. 3. pelapisan/pewarnaan, bertujuan untuk memperbesar kontras antara preparat yang akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat menggunakan logam mulia seperti emas dan platina.
4. Mikroskop Pemindai lingkungan electron (ESEM)
Mikroskop ini adalah merupakan pengembangan dari SEM, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Environmental SEM (ESEM) yang dikembangkan guna mengatasi obyek pengamatan yang tidak memenuhi syarat sebagai obyek TEM maupun SEM.
Obyek yang tidak memenuhi syarat seperti ini biasanya adalah bahan alami yang ingin diamati secara detil tanpa merusak atau menambah perlakuan yang tidak perlu terhadap obyek yang apabila menggunakat alat SEM konvensional perlu ditambahkan beberapa trik yang memungkinkan hal tersebut bisa terlaksana.
4.1 Sejarah Penemuan
Teknologi ESEM ini dirintis oleh Gerasimos D. Danilatos, seorang kelahiran Yunani yang bermigrasi ke Australia pada akhir tahun 1972 dan memperoleh gelar Ph.D dari Universitas New South Wales (UNSW) pada tahun 1977 dengan judul disertasi Dynamic Mechanical Properties of Keratin Fibres .
Dr. Danilatos ini dikenal sebagai pionir dari teknologi ESEM, yang merupakan suatu inovasi besar bagi dunia mikroskop elektron serta merupakan kemajuan fundamental dari ilmu mikroskopi.
Deengan teknologi ESEM ini maka dimungkinkan bagi seorang peneliti untuk meneliti sebuah objek yang berada pada lingkungan yang menyerupai gas yang betekanan rendah (low-pressure gaseous environments) misalnya pada 10-50 Torr serta tingkat humiditas diatas 100%. Dalam arti kata lain ESEM ini memungkinkan dilakukannya penelitian obyek baik dalam keadaan kering maupun basah.
Sebuah perusahaan di Boston yaitu Electro Scan Corporation pada tahun 1988 ( perusahaan ini diambil alih oleh Philips pada tahun 1996- sekarang bernama FEI Company [3] telah menemukan suatu cara guna menangkap elektron dari obyek untuk mendapatkan gambar dan memproduksi muatan positif dengan cara mendesain sebuah detektor yang dapat menangkap elektron dari suatu obyek dalam suasana tidak vakum sekaligus menjadi produsen ion positif yang akan dihantarkan oleh gas dalam ruang obyek ke permukaan obyek. Beberapa jenis gas telah dicoba untuk menguji teori ini, di antaranya adalah beberapa gas ideal, gas , dan lain lain. Namun, yang memberikan hasil gambar yang terbaik hanyalah uap air. Untuk sample dengan karakteristik tertentu uap air kadang kurang memberikan hasil yang maksimum.
Pada beberapa tahun terakhir ini peralatan ESEM mulai dipasarkan oleh para produsennya dengan mengiklankan gambar-gambar jasad renik dalam keadaan hidup yang selama ini tidak dapat terlihat dengan mikroskop elektron.
4.2 Cara Kerja
Pertama-tama dilakukan suatu upaya untuk menghilangkan penumpukan elektron (charging) di permukaan obyek, dengan membuat suasana dalam ruang sample tidak vakum tetapi diisi dengan sedikit gas yang akan mengantarkan muatan positif ke permukaan obyek, sehingga penumpukan elektron dapat dihindari.
Hal ini menimbulkan masalah karena kolom tempat elektron dipercepat dan ruang filamen di mana elektron yang dihasilkan memerlukan tingkat vakum yang tinggi. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan memisahkan sistem pompa vakum ruang obyek dan ruang kolom serta filamen, dengan menggunakan sistem pompa untuk masing-masing ruang. Di antaranya kemudian dipasang satu atau lebih piringan logam platina yang biasa disebut (aperture) berlubang dengan diameter antara 200 hingga 500 mikrometer yang digunakan hanya untuk melewatkan elektron , sementara tingkat kevakuman yang berbeda dari tiap ruangan tetap terjaga.
5.1 Mikroskop refleksi Elektron (REM)
Yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Reflection electron microscope (REM), adalah mikroskop elektron yang memiliki cara kerja yang serupa sebagaimana halnya dengan cara kerja TEM namun sistem ini menggunakan deteksi pantulan elektron pada permukaan objek. Tehnik ini secara khusus digunakan dengan menggabungkannya dengan tehnik Refleksi difraksi elektron energi tinggi (Reflection High Energy Electron Diffraction) dan tehnik Refleksi pelepasan spektrum energi tinggi (reflection high-energy loss spectrum - RHELS)
5. 2. Spin-Polarized Low-Energy Electron Microscopy (SPLEEM)
Spin-Polarized Low-Energy Electron Microscopy (SPLEEM) ini adalah merupakan Variasi lain yang dikembangkan dari teknik yang sudah ada sebelumnya, yang digunakan untuk melihat struktur mikro dari medan magnet (en:magnetic domains).
D. Mengatur Besarnya Obyek
Perbesaran bayangan dari suatu obyek dapat diketahui dari angka perbesaran lensa obyektif dan lensa okuler. Ukuran suatu benda dapat diketahui dengan membandingkan terhadap ukuran bidang pandang. Hal ini dapat dikerjakan dengan beberapa langkah berikut: letakkan penggaris plastik berskala mm diatas meja obyek dan perkirakan diameter bidang pandang tersebut, dan catat perbesaran lensa obyektifnya. Ubahlah lensa obyektif dengan lensa obyektif perbesaran kuat dan tentukan diameter bidang pandangnya dengan rumus berikut:
Ǿ ok = Ǿ ol x pl/pk dimana :
Ǿok = diameter bidang pandang dengan obyektif perbesaran kuat.
Ǿol = diameter bidangpandang dengan obyektif perbesaran lemah
pk = perbesaran lensa obyektif kuat, pl = perbesaran lensa obyektif lemah
E. Mempersiapkan Preparat
Untuk membuat preparat non-permanen dilakukan sebagai berikut. Letakkan medium (berupa setetes air) diatas gelas obyek, dan letakkan bahan yang akan diamati didalam medium. Selanjutnya tutuplah dengan kaca penutup. Usahakan agar tidak terdapat gelembung udara pada medium. Hal ini dapat diusahakan dengan beberapa langkah berikut: pegang kaca penutup dengan posisi 45o terhadap gelas obyek, sentuhkan tepi bawah kaca penutup pada permukaan medium dan perlahan-lahan rebahkan sehingga kaca penutup terletak di atas kaca obyek. Jika masih ada gelembung udara ulangi pekerjaan tersebut sampai tidak ada gelembung udara. Amati preparat yang anda buat dibawah mikroskop dengan terlebih dahulu menggunakan perbesaran lemah (10×10), kalau sudah diketahui obyek yang akan diamati kemudian memakai perbesaran kuat (10×20 atau 10×40).
ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Mikroskop cahaya dan mikroskop stereo
2. Pipet dan silet*
3. Pinset
4. Gelas obyek dan kaca penutup*
5. Cawan petri
Bahan :
1. Potongan kertas berhuruf “A”, “d”,
2. Organisme berukuran kecil (semut, bunga rumput, dan lainnya)
3. Butir-butir pati kentang
4. Air dan larutan iodine
D. Mengatur Besarnya Obyek
Perbesaran bayangan dari suatu obyek dapat diketahui dari angka perbesaran lensa obyektif dan lensa okuler. Ukuran suatu benda dapat diketahui dengan membandingkan terhadap ukuran bidang pandang. Hal ini dapat dikerjakan dengan beberapa langkah berikut: letakkan penggaris plastik berskala mm diatas meja obyek dan perkirakan diameter bidang pandang tersebut, dan catat perbesaran lensa obyektifnya. Ubahlah lensa obyektif dengan lensa obyektif perbesaran kuat dan tentukan diameter bidang pandangnya dengan rumus berikut:
Ǿ ok = Ǿ ol x pl/pk dimana :
Ǿok = diameter bidang pandang dengan obyektif perbesaran kuat.
Ǿol = diameter bidangpandang dengan obyektif perbesaran lemah
pk = perbesaran lensa obyektif kuat, pl = perbesaran lensa obyektif lemah
1. $an kertas huruf “d”
B. Mengamati Butir Pati
1. Keriklah sekerat umbi kentang dengan jarum atau ujung silet sehingga cairannya keluar.
2. Teteskan cairan tersebut pada kaca obyek, dan tutup dengan kaca penutup.
3. Amati dibawah mikroskop struktur butir-butir pati tersebut.
4. Teteskan larutan Iodine pada tepi kanan kaca penutup dan pada tepi kiri kaca penutup tempelkan kertas hisap, dengan demikian larutan iodine tersebut akan masuk kedalam preparat dan menyebar ke seluruh bagian.
5. Amati dibawah mikroskop dan gambarkan butir-butir pati tersebut.
C. Penggunaan Mikroskop Stereo
1. Tempatkan mikroskop stereo beserta transformatornya, hubungkan dengan sumber listrik.
2. Tekan tombol “on” pada transformator, pergunakan voltase yang ada pada transformator sesuai keperluan. Ingat. lampu mempunyai umur tertentu, oleh karena itu nyalakan lampu sesuai keperluan saja.
3. Letakkan spesimen pada cawan petri.
4. Amati dengan mikroskop dengan perbesaran lemah kemudian perbesaran kuat.
5. Amati dan catat pada laporan anda (jika semut: hitung jumlah kaki atau antenanya, dan jika bunga: hitung jumlah stamen).
D. Untuk Diperhatikan !
1. Peganglah erat-erat lengan mikroskop dengan tangan kanan, sedang tangan kiri digunakan untuk menyangga kaki mikroskop.
2. Meja preparat tetap horisontal untuk mencegah agar preparat tidak jatuh
3. Bersihkan lensa dengan kertas lensa/tissue
4. Pengamatan dengan menggunakan dua mata (kalau mikroskop dengan dua lensa okuler)
5. Gunakan perbesaran lemah dulu, kemudian setelah obyek yang akan anda amati ditemukan, gunakan perbesaran yang lebih besar
6. Bersihkan semua kotoran yang ada pada mikroskop dengan menggunakan kertas tissue.
Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Mikroskop bisa kita temukan didunia pendidikan mulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi dan instansi/lembaga lain yang memiliki laboratorium khususnya yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA/Biologi). Biologi adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup dan segala perikehidupannya.
Prinsip Kerja
Perbesaran total diperoleh dengan cara mengalikan perbesaran objektif dengan perbesaran okuler. Misalnya perbesaran total yang diperoleh dari objektif 40 kali dan okuler 10 kali ialah 40 x 10 = 400 kali. Sedangkan prinsip kerja/proses pemantulan cahaya/pengamatan pada miksorskop.
Perbesaran saat menggunakan objektif 100 kali, diafragma iris kondensor harus digunakan dalam keadaan terbuka penuh, karena objektif dengan perbesaran tiggi memebutuhkan lebih banyak cahaya. Perbesaran objektif 100 kali juga harus menggunakan minyak imersi. Hal ini bertujuan untuk mencegah hilangnya cahaya yang disebabkan oleh perbedaan bias (refraktif) antara kaca dan udara. Indeks bias udara 1, sedangkan kaca 1.56 dan indeks bias minyak imersi sama dengan kaca yaitu 1,56
B. Bagian-bagian Mikroskop
Mikroskop terdiri dari bagian optik dan non optik. Bagian optik meliputi lensa-lensa. Lensa-lensa mikroskop merupakan lensa gabungan (compound lenses) yang disatukan menjadi suatu unit kesatuan. Bagian non optik meliputi antara lain kaki, meja objek dan lengan.
Keterangan gambar :
1. Lensa okuler
2. tabung
3. Pengatur kasar/makrometer
4. Pengatur halus/mikrometer
5. Revolver
6. Lensa objektif
7. Lengan
8. MejaObjek
Lensa Okuler, lensa yang terletak pada ujung mikroskop, dekat mata (biasanya pembesaraanya 5 kali, 10 kali, 15 kali)
Lensa objektif, lensa yang terletak pada tabung, dan menempel pada revolver, lensa ini dengan pembesaran beraneka macam sesuai dengan model dan pabrik pembuatnya. Misalnya 4 kali, 10 kali, 40 kali, dan 100 kali.
Meja Preparat, tempat meletakkan objek (preparat yang akan dilihat.Kondensor, tersusun dari lensa gabungan yang berfungsi mengumpulkan sinar.
Diafragma, berfungsi mengatur banyaknya sinar yang masuk dengan mengatur bukaan iris. Letak diafragma melekat pada diafragma di bagian bawah. Pada mikroskop sederhana hanya ada diafragma tanpa konensor.
Cermin, mempunyai dua sisi, sisi cermin datar dan sisi cermin cekung, berfungsi memantulkan sinar dari sumber sinar.
Pengatur kasar dan Pengatur halus, komponen ini letaknya pada bagian lengan dan berfungsi untuk mengatur kedudukan lensa objektif terhadap objek yang akan dilihat.
Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
A. Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain.
Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor. Pada mikroskop modern sudah dilengkapi lampu sebagai pengganti sumber cahaya matahari.
Lensa obyektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir. Ciri penting lensa obyektif adalah memperbesar bayangan obyek dan mempunyai nilai apertura (NA). Nilai apertura adalah ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.
Lensa okuler, merupakan lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung, berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif. Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4 – 25 kali.
Lensa kondensor, berfungsi untuk mendukung terciptanya pencahayaan pada obyek yang akan difokus, sehingga bila pengaturannya tepat akan diperoleh daya pisah maksimal. Jika daya pisah kurang maksimal, dua benda akan tampak menjadi satu. Perbesaran akan kurang bermanfaat jika daya pisah mikroskop kurang baik.
B. Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa obyektif. Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop cahaya sehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga obyek yang tebal dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasanya 10 kali, sedangkan lensa obyektif menggunakan sistem zoom dengan perbesaran antara 0,7 hingga 3 kali, sehingga perbesaran total obyek maksimal 30 kali. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat lensa obyektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator. Pengatur fokus obyek terletak disamping tangkai mikroskop, sedangkan pengatur perbesaran terletak diatas pengatur fokus.
C. Mikroskop Elektron
Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu untuk melakukan pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.
Diagram transmisi dari sebuah mikroskop electron
Fenomena Elektron
Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena di mana elektron yang dipercepat dalam suatu kolom elektromagnet, dalam suasana hampa udara (vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang 100.000 kali lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga bahwa medan listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin seperti pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya.
Jenis-jenis mikroskop Elektron
1. Mikroskop Transmisi Elektron (TEM)
Mikroskop transmisi elektron (Transmission electron microscope-TEM)adalah sebuah mikroskop elektron yang cara kerjanya mirip dengan cara kerja proyektor slide, di mana elektron ditembuskan ke dalam obyek pengamatan dan pengamat mengamati hasil tembusannya pada layar.
1.1 Sejarah Penemuan
Seorang ilmuwan dari universitas Berlin yaitu Dr. Ernst Ruska [1] menggabungkan penemuan ini dan membangun mikroskop transmisi elektron (TEM) yang pertama pada tahun 1931. Untuk hasil karyanya ini maka dunia ilmu pengetahuan menganugerahinya hadiah Penghargaan Nobel dalam fisika pada tahun 1986. Mikroskop yang pertama kali diciptakannya adalah dengan menggunakan dua lensa medan magnet, namun tiga tahun kemudian ia menyempurnakan karyanya tersebut dengan menamahkan lensa ketiga dan mendemonstrasikan kinerjanya yang menghasilkan resolusi hingga 100 nanometer (nm) (dua kali lebih baik dari mikroskop cahaya pada masa itu).
1.2 Cara Kerja
Mikroskop transmisi eletron saat ini telah mengalami peningkatan kinerja hingga mampu menghasilkan resolusi hingga 0,1 nm (atau 1 angstrom) atau sama dengan pembesaran sampai satu juta kali. Meskipun banyak bidang-bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dengan bantuan mikroskop transmisi elektron ini.
Adanya persyaratan bahwa "obyek pengamatan harus setipis mungkin" ini kembali membuat sebagian peneliti tidak terpuaskan, terutama yang memiliki obyek yang tidak dapat dengan serta merta dipertipis. Karena itu pengembangan metode baru mikroskop elektron terus dilakukan.
1.3 Preparasi sediaan
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan persiapan sediaan dengan tahap sebagai berikut : 1. melakukan fiksasi, yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur sel yang akan diamati. fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa glutaraldehida atau osmium tetroksida. 2. pembuatan sayatan, yang bertujuan untuk memotong sayatan hingga setipis mungkin agar mudah diamati di bawah mikroskop. Preparat dilapisi dengan monomer resin melalui proses pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan menggunakan mikrotom. Umumnya mata pisau mikrotom terbuat dari berlian karena berlian tersusun dari atom karbon yang padat. Oleh karena itu, sayatan yang terbentuk lebih rapi. Sayatan yang telah terbentuk diletakkan di atas cincin berpetak untuk diamati. 3. pelapisan/pewarnaan, bertujuan untuk memperbesar kontras antara preparat yang akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat menggunakan logam berat seperti uranium dan timbal.
2. Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)
Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)adalah merupakan salah satu tipe yang merupakan hasil pengembangan dari mikroskop transmisi elektron (TEM).Pada sistem STEM ini, electron menembus spesimen namun sebagaimana halnya dengan cara kerja SEM, optik elektron terfokus langsung pada sudut yang sempit dengan memindai obyek menggunakan pola pemindaian dimana obyek tersebut dipindai dari satu sisi ke sisi lainnya (raster) yang menghasilkan lajur-lajur titik (dots)yang membentuk gambar seperti yang dihasilkan oleh CRT pada televisi / monitor.
3. Mikroskop pemindai elektron (SEM)
Mikroskop pemindai elektron (SEM) yang digunakan untuk studi detil arsitektur permukaan sel (atau struktur jasad renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga dimensi.
3.1 Sejarah penemuan
Tidak diketahui secara persis siapa sebenarnya penemu Mikroskop pemindai elektron (Scanning Electron Microscope-SEM) ini. Publikasi pertama kali yang mendiskripsikan teori SEM dilakukan oleh fisikawan Jerman dR. Max Knoll pada 1935, meskipun fisikawan Jerman lainnya Dr. Manfred von Ardenne mengklaim dirinya telah melakukan penelitian suatu fenomena yang kemudian disebut SEM hingga tahun 1937. Mungkin karena itu, tidak satu pun dari keduanya mendapatkan hadiah nobel untuk penemuan itu.
Pada 1942 tiga orang ilmuwan Amerika yaitu Dr. Vladimir Kosma Zworykin[2], Dr. James Hillier, dan Dr. Snijder, benar-benar membangun sebuah mikroskop elektron metode pemindaian (SEM) dengan resolusi hingga 50 nm atau magnifikasi 8.000 kali. Sebagai perbandingan SEM modern sekarang ini mempunyai resolusi hingga 1 nm atau pembesaran 400.000 kali. Mikroskop elektron cara ini memfokuskan sinar elektron (electron beam) di permukaan obyek dan mengambil gambarnya dengan mendeteksi elektron yang muncul dari permukaan obyek.
3.2 Cara Kerja
Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi pada mikroskop optic dan TEM. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan sampel ketika permukaan sampel tersebut dipindai dengan sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar bisa dilihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk melihat obyek dari sudut pandang 3 dimensi.
3.3 Preparasi sediaan
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan persiapan sediaan dengan tahap sebagai berikut : 1. melakukan fiksasi, yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur sel yang akan diamati. fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa glutaraldehida atau osmium tetroksida. 2. dehidrasi, yang bertujuan untuk memperendah kadar air dalam sayatan sehingga tidak mengganggu proses pengamatan. 3. pelapisan/pewarnaan, bertujuan untuk memperbesar kontras antara preparat yang akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat menggunakan logam mulia seperti emas dan platina.
4. Mikroskop Pemindai lingkungan electron (ESEM)
Mikroskop ini adalah merupakan pengembangan dari SEM, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Environmental SEM (ESEM) yang dikembangkan guna mengatasi obyek pengamatan yang tidak memenuhi syarat sebagai obyek TEM maupun SEM.
Obyek yang tidak memenuhi syarat seperti ini biasanya adalah bahan alami yang ingin diamati secara detil tanpa merusak atau menambah perlakuan yang tidak perlu terhadap obyek yang apabila menggunakat alat SEM konvensional perlu ditambahkan beberapa trik yang memungkinkan hal tersebut bisa terlaksana.
4.1 Sejarah Penemuan
Teknologi ESEM ini dirintis oleh Gerasimos D. Danilatos, seorang kelahiran Yunani yang bermigrasi ke Australia pada akhir tahun 1972 dan memperoleh gelar Ph.D dari Universitas New South Wales (UNSW) pada tahun 1977 dengan judul disertasi Dynamic Mechanical Properties of Keratin Fibres .
Dr. Danilatos ini dikenal sebagai pionir dari teknologi ESEM, yang merupakan suatu inovasi besar bagi dunia mikroskop elektron serta merupakan kemajuan fundamental dari ilmu mikroskopi.
Deengan teknologi ESEM ini maka dimungkinkan bagi seorang peneliti untuk meneliti sebuah objek yang berada pada lingkungan yang menyerupai gas yang betekanan rendah (low-pressure gaseous environments) misalnya pada 10-50 Torr serta tingkat humiditas diatas 100%. Dalam arti kata lain ESEM ini memungkinkan dilakukannya penelitian obyek baik dalam keadaan kering maupun basah.
Sebuah perusahaan di Boston yaitu Electro Scan Corporation pada tahun 1988 ( perusahaan ini diambil alih oleh Philips pada tahun 1996- sekarang bernama FEI Company [3] telah menemukan suatu cara guna menangkap elektron dari obyek untuk mendapatkan gambar dan memproduksi muatan positif dengan cara mendesain sebuah detektor yang dapat menangkap elektron dari suatu obyek dalam suasana tidak vakum sekaligus menjadi produsen ion positif yang akan dihantarkan oleh gas dalam ruang obyek ke permukaan obyek. Beberapa jenis gas telah dicoba untuk menguji teori ini, di antaranya adalah beberapa gas ideal, gas , dan lain lain. Namun, yang memberikan hasil gambar yang terbaik hanyalah uap air. Untuk sample dengan karakteristik tertentu uap air kadang kurang memberikan hasil yang maksimum.
Pada beberapa tahun terakhir ini peralatan ESEM mulai dipasarkan oleh para produsennya dengan mengiklankan gambar-gambar jasad renik dalam keadaan hidup yang selama ini tidak dapat terlihat dengan mikroskop elektron.
4.2 Cara Kerja
Pertama-tama dilakukan suatu upaya untuk menghilangkan penumpukan elektron (charging) di permukaan obyek, dengan membuat suasana dalam ruang sample tidak vakum tetapi diisi dengan sedikit gas yang akan mengantarkan muatan positif ke permukaan obyek, sehingga penumpukan elektron dapat dihindari.
Hal ini menimbulkan masalah karena kolom tempat elektron dipercepat dan ruang filamen di mana elektron yang dihasilkan memerlukan tingkat vakum yang tinggi. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan memisahkan sistem pompa vakum ruang obyek dan ruang kolom serta filamen, dengan menggunakan sistem pompa untuk masing-masing ruang. Di antaranya kemudian dipasang satu atau lebih piringan logam platina yang biasa disebut (aperture) berlubang dengan diameter antara 200 hingga 500 mikrometer yang digunakan hanya untuk melewatkan elektron , sementara tingkat kevakuman yang berbeda dari tiap ruangan tetap terjaga.
5.1 Mikroskop refleksi Elektron (REM)
Yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Reflection electron microscope (REM), adalah mikroskop elektron yang memiliki cara kerja yang serupa sebagaimana halnya dengan cara kerja TEM namun sistem ini menggunakan deteksi pantulan elektron pada permukaan objek. Tehnik ini secara khusus digunakan dengan menggabungkannya dengan tehnik Refleksi difraksi elektron energi tinggi (Reflection High Energy Electron Diffraction) dan tehnik Refleksi pelepasan spektrum energi tinggi (reflection high-energy loss spectrum - RHELS)
5. 2. Spin-Polarized Low-Energy Electron Microscopy (SPLEEM)
Spin-Polarized Low-Energy Electron Microscopy (SPLEEM) ini adalah merupakan Variasi lain yang dikembangkan dari teknik yang sudah ada sebelumnya, yang digunakan untuk melihat struktur mikro dari medan magnet (en:magnetic domains).
D. Mengatur Besarnya Obyek
Perbesaran bayangan dari suatu obyek dapat diketahui dari angka perbesaran lensa obyektif dan lensa okuler. Ukuran suatu benda dapat diketahui dengan membandingkan terhadap ukuran bidang pandang. Hal ini dapat dikerjakan dengan beberapa langkah berikut: letakkan penggaris plastik berskala mm diatas meja obyek dan perkirakan diameter bidang pandang tersebut, dan catat perbesaran lensa obyektifnya. Ubahlah lensa obyektif dengan lensa obyektif perbesaran kuat dan tentukan diameter bidang pandangnya dengan rumus berikut:
Ǿ ok = Ǿ ol x pl/pk dimana :
Ǿok = diameter bidang pandang dengan obyektif perbesaran kuat.
Ǿol = diameter bidangpandang dengan obyektif perbesaran lemah
pk = perbesaran lensa obyektif kuat, pl = perbesaran lensa obyektif lemah
E. Mempersiapkan Preparat
Untuk membuat preparat non-permanen dilakukan sebagai berikut. Letakkan medium (berupa setetes air) diatas gelas obyek, dan letakkan bahan yang akan diamati didalam medium. Selanjutnya tutuplah dengan kaca penutup. Usahakan agar tidak terdapat gelembung udara pada medium. Hal ini dapat diusahakan dengan beberapa langkah berikut: pegang kaca penutup dengan posisi 45o terhadap gelas obyek, sentuhkan tepi bawah kaca penutup pada permukaan medium dan perlahan-lahan rebahkan sehingga kaca penutup terletak di atas kaca obyek. Jika masih ada gelembung udara ulangi pekerjaan tersebut sampai tidak ada gelembung udara. Amati preparat yang anda buat dibawah mikroskop dengan terlebih dahulu menggunakan perbesaran lemah (10×10), kalau sudah diketahui obyek yang akan diamati kemudian memakai perbesaran kuat (10×20 atau 10×40).
ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Mikroskop cahaya dan mikroskop stereo
2. Pipet dan silet*
3. Pinset
4. Gelas obyek dan kaca penutup*
5. Cawan petri
Bahan :
1. Potongan kertas berhuruf “A”, “d”,
2. Organisme berukuran kecil (semut, bunga rumput, dan lainnya)
3. Butir-butir pati kentang
4. Air dan larutan iodine
D. Mengatur Besarnya Obyek
Perbesaran bayangan dari suatu obyek dapat diketahui dari angka perbesaran lensa obyektif dan lensa okuler. Ukuran suatu benda dapat diketahui dengan membandingkan terhadap ukuran bidang pandang. Hal ini dapat dikerjakan dengan beberapa langkah berikut: letakkan penggaris plastik berskala mm diatas meja obyek dan perkirakan diameter bidang pandang tersebut, dan catat perbesaran lensa obyektifnya. Ubahlah lensa obyektif dengan lensa obyektif perbesaran kuat dan tentukan diameter bidang pandangnya dengan rumus berikut:
Ǿ ok = Ǿ ol x pl/pk dimana :
Ǿok = diameter bidang pandang dengan obyektif perbesaran kuat.
Ǿol = diameter bidangpandang dengan obyektif perbesaran lemah
pk = perbesaran lensa obyektif kuat, pl = perbesaran lensa obyektif lemah
1. $an kertas huruf “d”
B. Mengamati Butir Pati
1. Keriklah sekerat umbi kentang dengan jarum atau ujung silet sehingga cairannya keluar.
2. Teteskan cairan tersebut pada kaca obyek, dan tutup dengan kaca penutup.
3. Amati dibawah mikroskop struktur butir-butir pati tersebut.
4. Teteskan larutan Iodine pada tepi kanan kaca penutup dan pada tepi kiri kaca penutup tempelkan kertas hisap, dengan demikian larutan iodine tersebut akan masuk kedalam preparat dan menyebar ke seluruh bagian.
5. Amati dibawah mikroskop dan gambarkan butir-butir pati tersebut.
C. Penggunaan Mikroskop Stereo
1. Tempatkan mikroskop stereo beserta transformatornya, hubungkan dengan sumber listrik.
2. Tekan tombol “on” pada transformator, pergunakan voltase yang ada pada transformator sesuai keperluan. Ingat. lampu mempunyai umur tertentu, oleh karena itu nyalakan lampu sesuai keperluan saja.
3. Letakkan spesimen pada cawan petri.
4. Amati dengan mikroskop dengan perbesaran lemah kemudian perbesaran kuat.
5. Amati dan catat pada laporan anda (jika semut: hitung jumlah kaki atau antenanya, dan jika bunga: hitung jumlah stamen).
D. Untuk Diperhatikan !
1. Peganglah erat-erat lengan mikroskop dengan tangan kanan, sedang tangan kiri digunakan untuk menyangga kaki mikroskop.
2. Meja preparat tetap horisontal untuk mencegah agar preparat tidak jatuh
3. Bersihkan lensa dengan kertas lensa/tissue
4. Pengamatan dengan menggunakan dua mata (kalau mikroskop dengan dua lensa okuler)
5. Gunakan perbesaran lemah dulu, kemudian setelah obyek yang akan anda amati ditemukan, gunakan perbesaran yang lebih besar
6. Bersihkan semua kotoran yang ada pada mikroskop dengan menggunakan kertas tissue.
Bahaya Narkoba bagi Kehidupan Remaja
MAKALAH
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
(ISBD)
Bahaya Narkoba bagi Kehidupan Remaja
Oleh :
PURE MANDELA
03061005036
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2009/2010
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bahaya Narkoba bagi Kehidupan Remaja “ dan dengan harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi kita semua sehingga kita dapat mengetahui dmpak ataupun bahaya dari narkoba itu apabila kita konsumsi barang haram itu. Makalah ini juga dibuat sebagai syarat dalam mengikuti mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi para mahasiswa, pelajar, umumnya dan khususnya bagi diri saya sendiri dan semua orang yang membaca makalah ini, semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………....i
Daftar Isi……………………………………………………………………….....ii
Daftar Gambar…………………………………………………………………....iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………………………………………………………..1
1.2 Tujuan………………………………………………………………………...1
1.3 Batasan Permasalahan………………………………………………………..2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Narkoba…………………………………………………………3
2.2 Pandangan Agama terhadap Narkoba………………………………………4
2.3 Hal-hal yang dapat menyebabkan generasi muna terjerumus ke Narkoba….4
2.4 Gejala klinis dan bahaya penyalahgunaan narkoba…………………………5
BAB III
PENANGGULANGAN PERMASALAHAN
3.1 Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba ………………………..……9
3.2 Upaya Penyembuhan terhadap Pecandu Narkoba………………………....11
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan………………………………………………………….………13
4.2 Saran………………………………………………………………….……..13
4.3 Penutup……………………………………………………………………...14
Daftar Pustaka……………………………………………………………………iv
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1.1. Jenis-jenis Narkoba………………………………………….3
2. Gambar 1.2. Sikap dan perilaku pecandu Narkoba yang senantiasa murung dan menutup diri…………………………………………………………6
3. Gambar 2.1.Semboyan dan dan ucapan untuk menjauho/menghindari narkoba……………………………………………………………………9
4. Gambar 2.2. Seorang pecandu Narkoba yang dirawat inap di panti Rehabilitasi……………………………………………………………….12
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang
Dewasa ini perkembangan di dunia kesehatan sangatlah pesat manusia menciptakan berbagai alat kesehatan dan obat-obatan yang dapat membantu dunia kesehatan, namun ironisnya perkembangan yang baik ini bagaikan diiringi dengan berbagai penyalahgunaan obat-obatan itu tersendiri, yang biasa kita dengar dengan penyalahgunaan narkotika ataupun penggunaan narkoba secara bebas. Oleh karena itu penulis mencoba untuk mengangkat permasalahan ini dan mencoba membahasnya dalam tulisan ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua karena belakangan ini narkoba amatlah popular trutama di kalangan remaja dan generasi muda bangsa kita ini, sebab narkoba telah merebak kesemua lingkungan, bukan hanya anak-anak nakal dan preman tetapi telah memasuki lingkungan kampus dan lingkungan terhormat lainnya.
1.2. Tujuan
Penyalahgunaan Narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini amatlah menghawatirkan, maraknya prilaku penyimpangan generasi muda ini dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini dikemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh oleh zat-zat adiktif penghancur syaraf, sehingga pemuda tersebut tidak lagi dapat berfikir dengan jernih. Akibatnya, generasi muda yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran penyebarab narkoba ini adalah generasi muda atau remaja. Makalah ini ditulis dengan Tujuan :
1. Agar para remaja pada khususnnya dan masyarakat luas pada umumnya mengenal dan memahami dampak buruk dari penyalahgunaan narkoba.
2. Menambah pengetahuan ataupun referensi remaja agar tidak ikut terjerumus kedalam dunia narkoba.
3. Menumbuhkan rasa peduli kepada remaja terhadap permasalahan narkoba yang merusak kehidupan bangsa.
1.3. Batasan permasalahan
Agar tidak terlalu jauh ataupun terlalu luas, maka makalah ini diberi batasan oleh penulis, maka bahasan yang ditulis dalam makalah ini hanya membahas tentang :
1. Pengertian Narkoba
2. Pandangan Agama terhadap Narkoba
3. Hal-hal yang menyebabkan generasi muda dapat terjerumus ke narkoba
4. Gejala klinis dan bahaya penyalahgunaan narkoba
5. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
6. Upaya Penyembuhan terhadap Pecandu Narkoba
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Narkoba
Narkoba yaitu singkatan dari Narkotika dan obat-obatan berbahaya dan terlarang, narkoba atau Napza adalah zat ataupun bahan yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa/psikologi seseorang (pikiran,perasaan dan prilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.
Gambar 1.1. Jenis-jenis Narkoba
Adapun narkoba tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
A. Narkotika yaitu zat atau obat yang berasa tanaman atau sintetis dan semi sintetis yang dapat menurunkan kesadaran, hilang rasa, mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, misalnya: ganja
B. Psikotropika adalah zat atau obat atau sintetis bukan narkotika yang berhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang mengakibatkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku.misalnya, morfin, putau, sabu-sabu,dan lain-lain.
C. Zat Adiktif adalah zat lain bukan Narkotika ataupun Psikotropika yang penggunaannya dapat mengakibatkan ketergantungan baik psikologis maupun pisik, misalnya : alcohol, rokok dan cafein.
2.2. Pandangan Agama terhadap Narkoba
Didalam pandangan agama Narkoba ialah barng yang dapat merusak pikiran, hati, jiwa, ingatan, mental dan kesehatan fisik. Oleh karena itu Narkoba juga termasuk katagori barang yang di haramkan Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman-firman Allah di dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis Rasullullah SAW.
Tidak hanya agama Isiam, agama-agama lain pun seperti Kristen, Hindu, dan Budha, juga melarang umatnya untuk menggunakan Narkoba.
2.3. Hal-hal yang menyebabkan generasi muda dapat terjerumus ke narkoba
Penyebab terjerumusnya generasi muda ke narkobah adalah sangat kompleks, yaitu akibat dari interaksi berbagai factor, yaitu :
A. Faktor Individual
Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun social yang pesat. Ciri-ciri remaja dan anak muda yang memiliki resiko lebih tinggi untuk memakai narkoba seperti : kurang percaya diri, mudah kecewa,agresif, murung, pemalu, dan sebagainya.
B. Faktor Lingkungan (social)
Faktor lingkungan meliputi factor keluarga,dan lingkungan kurang baik disekitar rumah,sekolah,teman sebaya maupun masyarakat, Lingkungan keluarga yang tidak harmonis, sering bertengkar, jarang dirumah, terlalu lalai mengurusi anak/tidak perhatian dengan anggota keluarga, bahkan keluarga yang broken home adalah penyebab utama seorang remaja terjerumus kedalam dunia Narkoba.
Faktor lingkungan sekitar rumah, tetangga, teman sepermainan juga sangat menentukan terjerumus tidaknya remaja kedunia Narkoba.
2.4. Gejala klinis dan bahaya penyalahgunaan narkoba
Adapun ciri-ciri atau gejala-gejala klinis dari pengkonsumsi atau penyalahgunaan narkoba tersebut adalah sebagai berikut :
A. Perubahan fisik
Adapun perubahan tersebut meliputi : berjalan dengan sempoyongan, bicara pelo atau cadel, apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif. Dan bila terjadi kelebihan dosis/over dosis maka : nafas sesak, denyut nadi dan jantung lambat, kulit terasa dingin dan gemetar,bahkan dapat menyebabkan meninggal. Saat ketagihan/sakau maka akan timbul cirri-ciri : mata merah, hidung berair, menguap terus,diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun. Pengaruh jangka panjangnya yaitu : Penampilan tidak sehat, tidak peduli dengan kesehatan dan kebersihan dirinya sendiri, gigi keropos dan ada bekas suntikan atau sayatan pada lengan atau bgian tubuh lainnya.
B. Perubahan sikap dan perilaku
Meliputi : Prestasi disekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggungjawab, pola tidur berubah, sering bergadang dan susah dibangunkan pagi hari, sering mengantuk di sekolah ataupun tempat kerja, dan suka keluar dimalam hari atau bahkan tidak pulang kerumah tanpa izin orang tua. Sering mengurung diri dan menghindar bertemu dengan keluarga atau orang lain.
Sering ditelpon dan bepergian dengan meminta uang yang banyak kepada orang tua dan keluarga dengan berbagai alasan kebutuhan, sering berbohong, sering menjual barang-barang yang ada dirumah bahkan sering mencuri dan terlibat berbagai kasus criminal, menjadi pemarah,kasar, dan sadis. Sangat tertutup dan penuh rahasia.
Gambar 1.2. Sikap dan perilaku pecandu Narkoba yang senantiasa murung dan menutup diri.(gambar diperankan model).
Narkoba sebagaimana disebutkan diatas menimbulkan dampak negative baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Dampak negative tersebut dalah sebgai berikut :
A. Bahaya yang bersifat pribadi
1. Narkoba akan merubah kpribadian sikorban secara drastis
2. Menimbulkan perasaan masa bodoh
3. Semangad belajar atapun bekerja menurun bahkan hilang
4. Tidak takut lagi berhubungan seks bebas karena pandangannya terhadap norma-norma adat dan agama telah melonggar
5. Suka kebebasan dalam berbagai hal
6. Dapat terjangkit firus HIV dan terkena AIDS akibat jarum suntik ataupun seks bebas.
B. Bahaya yang bersifat keluarga
1. Tidak lagi segan untuk mencuri uang dan menjual barang-barang yang ada dirumah untuk dibelikan narkoba.
2. Suka melawan orang tua dan bertindak kasar
3. Sukar menghargai harta yang ia miliki
4. Sering mencemarkan nama keluarga
C. Bahaya yang bersifat social
1. Berbuat yang tidak senonoh (cabul, mesum) secara bebas yang dapat berakibat buruk dan dihukum oleh masyarakat
2. Mencuri milik orang lain di lingkungan masyarakat
3. Mengganggu ketertiban umum,seperti ngebut dijalanan dan menimbulkan kerusuhan ditengah masyarakat
4. Membuat resah masyarakat dengan keberadaan kita
D. Bahaya bagi bangsa dan Negara
1. Rusaknya mental penerus bangsa yang akan menjalankan pemerintahan kelak
2. Menghilangkan rasa patriotism dan cinta terhadap tanah air yang dapat mengakibatkan mudahnya pengaruh asing masuk kedalam Negara kita
3. Penyelundupan akan meningkat dan merugikan Negara
4. Pada akhirnya Negara dapat kehilangan identitas akibat berubahnya kebudayaan dan ciri khas Negara kita.
BAB III
PENANGGULANGAN PERMASALAHAN
3.1. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Adapun Upaya-upaya pencegahan tersebut Meliputi Peran dari pihak-pihak sebagai berikut :
A. Peran diri sendiri
Berusaha memahami dampak buruk penyalahgunaan Narkoba melalui peran aktif mengikuti seminar/penyuluhan Narkoba dan gemar mencari ilmu dari media apapun. Mempertebal keimanan terhadap agama, suka berbagi dan cerita ketika mendapatkan masalah. Berusaha selalu sabar dan tenang dalam menghadapi masalah dan cobaan. Selalu terbuka dan jujur terhadap keluarga. Dan tanamkan semboyan Say No to Drugs didalam diri kita.
Gambar 2.1. Semboyan dan dan ucapan untuk menjauho/menghindari narkoba
B. Peran Orang tua
Mengenali remaja beresiko tinggi menggunakan narkoba dan melakukan intervensi. Upaya ini dilakukan untuk mengenali remaja yang beresiko tinggi mengkonsumsi Narkoba setelah itu melakukan Intervensi terhadap mereka agar mereka tidak menggunakan Narkoba, usaha ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar factor yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik. Bersikaplah jujur dan selalu perhatian terhadap remaja, memperkuat kehidupan beragama didalam keluarga, menanamkan moral yang baik kepada anak dan anggota keluarga, memberikan pengertian dan penjelasan tentang bahaya Narkoba kepada anggota eluarga terutama remaja dan anak-anak. Memberikan kasih saying serta perhatian terhadap anggota keluarga.
C. Peran Pihak Pendidik formal
Misalnya pihak sekolah harus menanamkan moral yang baik dan pendidikan agama yang kuat, memperhatikan permasalahan yang ada pada anak didiknya, aktif mengadakan penyuluhan atau seminar anti narkoba.
D. Peran Masyarakat
Tidak memberikan kesempatan beredarnya Narkoba dilingkungan kita, Melaporkan transaksi-transaksi narkoba kepada pihak yang berwajib, dan menjauhi hal-hal yang berbau Narkoba secara bersama.
E. Peran Pemerintah
Aktif memberikan penyuluhan dan pendidikan tentang dampak buruk Narkoba kepada masyarakat, menindak tegas pelaku penyalahgunaan Narkoba. Membantu meringankan masalah masyarakat dengan cara membuka lapangan pekerjaan dan mengurangi tingkat kemiskinan.
F. Peran Tokoh masyarakat dan Tokoh Agama
Tidak henti-hentinya memberikan pengarahan dan ceramah tentang dampak buruk dari penyalahgunaan narkoba kepada masyarakat luas.
3.2. Upaya Penyembuhan terhadap Pecandu Narkoba
A. Sikap Pecandu
Adapun sikap yang harus dilakukan oleh pecandu Narkoba yang bersesuaian dengan tuntunan agama yaitu :
1. Yakinkan diri sendiri untuk menjauhi Narkoba
2. Selalu bersikap sabar dan menyerahkan diri sepenuhnya terhadap tuhan Yang Maha Esa.
3. Bertaubat dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan ( Allah SWT), agar kita tidak lagi mengulangi kesalahan tersebut.
4. Lebih mendekakan diri kepada tuhan dan selalu beribadah kepadanya.
5. Bersikap terbuka dan sayang terhadap keluarga.
B. Sikap kita terhadap pecandu
1. Membimbing pecandu kejalan yang benar, dan menimbulkan kembali kepercayaan diri pecandu tersebut bahwa taubatnya belum terlambat.
2. Membantunya menyelesaikan masalahnya dan selalu mengingatkannya hal-hal yang baik.
3. Memperlakukan pcandu tersebut secara manusiawi dan tidak membeda-bedakannya ataupun mengucilkannya.
4. Senantiasa mengingatkannya untuk tidak akan lagi kembali kedunia narkoba tersebut.
5. Mengobati si pecandu dipanti rehabilitasi jika perlu.
Gambar 2.2. Seorang pecandu Narkoba yang dirawat inap di panti Rehabilitasi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Narkoba yaitu singkatan dari Narkotika dan obat-obatan berbahaya dan terlarang, narkoba atau Napza adalah zat ataupun bahan yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa/psikologi seseorang (pikiran,perasaan dan prilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Maka dari itu, kita harus berhati-hati dan selalu peka menghadang masuknya dunia Narkoba di lingkungan kita terutama dilingkungan remaja, karena Remaja adalah sasaran utama dari perusakan Narkoba tersebut.
Mencegah masuknya Narkoba dikehidupan kita dan keluarga lebih baik dari pada mengobati diri kita yang telah tercandu Narkoba. Sebagai generasi penerus bangsa hendaknya kita bekerja sama untuk memerangi Narkoba.
Untuk mencegah serta mengusir Narkoba dari kehidupan kita membutuhkan kerjasama yang baik antara tiap keluarga, pihak pendidik formal, masyarakat luas, tokoh masyarakat/agama, serta pemerintah,agar tidak ada lagi sedikitpun peluang bagi narkoba untuk meresak mental penerus bangsa kita ini.
4.2.Saran
• Janganlah sekali-sekali mencoba untuk mendekati apalagi mengkonsumsi Narkoba.
• Berilah perhatian yang lebih dan selalu awasi anggota keluarga agar jangan sampai terjerumus kedunia Narkoba.
• Perteballah iman dan lebih dekatkan diri kepada Allah SWT
• Bertindak tegaslah kepada penjahat/pengedar Narkoba.
• Jangan bergaul dengan orang-orang yang senang mengkonsumsi Narkoba.
4.3 Penutup
Akhirnya makalah yang berjudul “Bahaya Narkoba bagi Kehidupan Remaja” yang sangat singkat ini telah dapat diselesaikan, dan semoga dapat memberikan banyak manfaat bagi para Remaja pada khususnya dan semua orang yang membaca makalah ini pada umumnya. Sehingga kelak bangsa kita ini akan menjadi bangsa yang tangguh di mata dunia karena memiliki SDM yang tangguh, berkompeten dan bebas dari Narkoba.
DAFTAR PUSTAKA
• http://web.netura.net.id
• http://wikipedia.com
• http://en.wikipedia.org/wiki/narcotik
• http://www.pikiran-rakyat.com
• http://www.wawasandigital.com
• Gunawan, hendri. Bahaya Narkoba bagi Kehidupan Manusia. Jogjakarta: Pustaka Widyatama, 2006
Bahaya Narkoba bagi Kehidupan Remaja
MAKALAH
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
(ISBD)
Bahaya Narkoba bagi Kehidupan Remaja
Oleh :
PURE MANDELA
03061005036
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2009/2010
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bahaya Narkoba bagi Kehidupan Remaja “ dan dengan harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi kita semua sehingga kita dapat mengetahui dmpak ataupun bahaya dari narkoba itu apabila kita konsumsi barang haram itu. Makalah ini juga dibuat sebagai syarat dalam mengikuti mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi para mahasiswa, pelajar, umumnya dan khususnya bagi diri saya sendiri dan semua orang yang membaca makalah ini, semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………....i
Daftar Isi……………………………………………………………………….....ii
Daftar Gambar…………………………………………………………………....iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………………………………………………………..1
1.2 Tujuan………………………………………………………………………...1
1.3 Batasan Permasalahan………………………………………………………..2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Narkoba…………………………………………………………3
2.2 Pandangan Agama terhadap Narkoba………………………………………4
2.3 Hal-hal yang dapat menyebabkan generasi muna terjerumus ke Narkoba….4
2.4 Gejala klinis dan bahaya penyalahgunaan narkoba…………………………5
BAB III
PENANGGULANGAN PERMASALAHAN
3.1 Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba ………………………..……9
3.2 Upaya Penyembuhan terhadap Pecandu Narkoba………………………....11
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan………………………………………………………….………13
4.2 Saran………………………………………………………………….……..13
4.3 Penutup……………………………………………………………………...14
Daftar Pustaka……………………………………………………………………iv
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1.1. Jenis-jenis Narkoba………………………………………….3
2. Gambar 1.2. Sikap dan perilaku pecandu Narkoba yang senantiasa murung dan menutup diri…………………………………………………………6
3. Gambar 2.1.Semboyan dan dan ucapan untuk menjauho/menghindari narkoba……………………………………………………………………9
4. Gambar 2.2. Seorang pecandu Narkoba yang dirawat inap di panti Rehabilitasi……………………………………………………………….12
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang
Dewasa ini perkembangan di dunia kesehatan sangatlah pesat manusia menciptakan berbagai alat kesehatan dan obat-obatan yang dapat membantu dunia kesehatan, namun ironisnya perkembangan yang baik ini bagaikan diiringi dengan berbagai penyalahgunaan obat-obatan itu tersendiri, yang biasa kita dengar dengan penyalahgunaan narkotika ataupun penggunaan narkoba secara bebas. Oleh karena itu penulis mencoba untuk mengangkat permasalahan ini dan mencoba membahasnya dalam tulisan ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua karena belakangan ini narkoba amatlah popular trutama di kalangan remaja dan generasi muda bangsa kita ini, sebab narkoba telah merebak kesemua lingkungan, bukan hanya anak-anak nakal dan preman tetapi telah memasuki lingkungan kampus dan lingkungan terhormat lainnya.
1.2. Tujuan
Penyalahgunaan Narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini amatlah menghawatirkan, maraknya prilaku penyimpangan generasi muda ini dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini dikemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh oleh zat-zat adiktif penghancur syaraf, sehingga pemuda tersebut tidak lagi dapat berfikir dengan jernih. Akibatnya, generasi muda yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran penyebarab narkoba ini adalah generasi muda atau remaja. Makalah ini ditulis dengan Tujuan :
1. Agar para remaja pada khususnnya dan masyarakat luas pada umumnya mengenal dan memahami dampak buruk dari penyalahgunaan narkoba.
2. Menambah pengetahuan ataupun referensi remaja agar tidak ikut terjerumus kedalam dunia narkoba.
3. Menumbuhkan rasa peduli kepada remaja terhadap permasalahan narkoba yang merusak kehidupan bangsa.
1.3. Batasan permasalahan
Agar tidak terlalu jauh ataupun terlalu luas, maka makalah ini diberi batasan oleh penulis, maka bahasan yang ditulis dalam makalah ini hanya membahas tentang :
1. Pengertian Narkoba
2. Pandangan Agama terhadap Narkoba
3. Hal-hal yang menyebabkan generasi muda dapat terjerumus ke narkoba
4. Gejala klinis dan bahaya penyalahgunaan narkoba
5. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
6. Upaya Penyembuhan terhadap Pecandu Narkoba
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Narkoba
Narkoba yaitu singkatan dari Narkotika dan obat-obatan berbahaya dan terlarang, narkoba atau Napza adalah zat ataupun bahan yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa/psikologi seseorang (pikiran,perasaan dan prilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.
Gambar 1.1. Jenis-jenis Narkoba
Adapun narkoba tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
A. Narkotika yaitu zat atau obat yang berasa tanaman atau sintetis dan semi sintetis yang dapat menurunkan kesadaran, hilang rasa, mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, misalnya: ganja
B. Psikotropika adalah zat atau obat atau sintetis bukan narkotika yang berhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang mengakibatkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku.misalnya, morfin, putau, sabu-sabu,dan lain-lain.
C. Zat Adiktif adalah zat lain bukan Narkotika ataupun Psikotropika yang penggunaannya dapat mengakibatkan ketergantungan baik psikologis maupun pisik, misalnya : alcohol, rokok dan cafein.
2.2. Pandangan Agama terhadap Narkoba
Didalam pandangan agama Narkoba ialah barng yang dapat merusak pikiran, hati, jiwa, ingatan, mental dan kesehatan fisik. Oleh karena itu Narkoba juga termasuk katagori barang yang di haramkan Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman-firman Allah di dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis Rasullullah SAW.
Tidak hanya agama Isiam, agama-agama lain pun seperti Kristen, Hindu, dan Budha, juga melarang umatnya untuk menggunakan Narkoba.
2.3. Hal-hal yang menyebabkan generasi muda dapat terjerumus ke narkoba
Penyebab terjerumusnya generasi muda ke narkobah adalah sangat kompleks, yaitu akibat dari interaksi berbagai factor, yaitu :
A. Faktor Individual
Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun social yang pesat. Ciri-ciri remaja dan anak muda yang memiliki resiko lebih tinggi untuk memakai narkoba seperti : kurang percaya diri, mudah kecewa,agresif, murung, pemalu, dan sebagainya.
B. Faktor Lingkungan (social)
Faktor lingkungan meliputi factor keluarga,dan lingkungan kurang baik disekitar rumah,sekolah,teman sebaya maupun masyarakat, Lingkungan keluarga yang tidak harmonis, sering bertengkar, jarang dirumah, terlalu lalai mengurusi anak/tidak perhatian dengan anggota keluarga, bahkan keluarga yang broken home adalah penyebab utama seorang remaja terjerumus kedalam dunia Narkoba.
Faktor lingkungan sekitar rumah, tetangga, teman sepermainan juga sangat menentukan terjerumus tidaknya remaja kedunia Narkoba.
2.4. Gejala klinis dan bahaya penyalahgunaan narkoba
Adapun ciri-ciri atau gejala-gejala klinis dari pengkonsumsi atau penyalahgunaan narkoba tersebut adalah sebagai berikut :
A. Perubahan fisik
Adapun perubahan tersebut meliputi : berjalan dengan sempoyongan, bicara pelo atau cadel, apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif. Dan bila terjadi kelebihan dosis/over dosis maka : nafas sesak, denyut nadi dan jantung lambat, kulit terasa dingin dan gemetar,bahkan dapat menyebabkan meninggal. Saat ketagihan/sakau maka akan timbul cirri-ciri : mata merah, hidung berair, menguap terus,diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun. Pengaruh jangka panjangnya yaitu : Penampilan tidak sehat, tidak peduli dengan kesehatan dan kebersihan dirinya sendiri, gigi keropos dan ada bekas suntikan atau sayatan pada lengan atau bgian tubuh lainnya.
B. Perubahan sikap dan perilaku
Meliputi : Prestasi disekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggungjawab, pola tidur berubah, sering bergadang dan susah dibangunkan pagi hari, sering mengantuk di sekolah ataupun tempat kerja, dan suka keluar dimalam hari atau bahkan tidak pulang kerumah tanpa izin orang tua. Sering mengurung diri dan menghindar bertemu dengan keluarga atau orang lain.
Sering ditelpon dan bepergian dengan meminta uang yang banyak kepada orang tua dan keluarga dengan berbagai alasan kebutuhan, sering berbohong, sering menjual barang-barang yang ada dirumah bahkan sering mencuri dan terlibat berbagai kasus criminal, menjadi pemarah,kasar, dan sadis. Sangat tertutup dan penuh rahasia.
Gambar 1.2. Sikap dan perilaku pecandu Narkoba yang senantiasa murung dan menutup diri.(gambar diperankan model).
Narkoba sebagaimana disebutkan diatas menimbulkan dampak negative baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Dampak negative tersebut dalah sebgai berikut :
A. Bahaya yang bersifat pribadi
1. Narkoba akan merubah kpribadian sikorban secara drastis
2. Menimbulkan perasaan masa bodoh
3. Semangad belajar atapun bekerja menurun bahkan hilang
4. Tidak takut lagi berhubungan seks bebas karena pandangannya terhadap norma-norma adat dan agama telah melonggar
5. Suka kebebasan dalam berbagai hal
6. Dapat terjangkit firus HIV dan terkena AIDS akibat jarum suntik ataupun seks bebas.
B. Bahaya yang bersifat keluarga
1. Tidak lagi segan untuk mencuri uang dan menjual barang-barang yang ada dirumah untuk dibelikan narkoba.
2. Suka melawan orang tua dan bertindak kasar
3. Sukar menghargai harta yang ia miliki
4. Sering mencemarkan nama keluarga
C. Bahaya yang bersifat social
1. Berbuat yang tidak senonoh (cabul, mesum) secara bebas yang dapat berakibat buruk dan dihukum oleh masyarakat
2. Mencuri milik orang lain di lingkungan masyarakat
3. Mengganggu ketertiban umum,seperti ngebut dijalanan dan menimbulkan kerusuhan ditengah masyarakat
4. Membuat resah masyarakat dengan keberadaan kita
D. Bahaya bagi bangsa dan Negara
1. Rusaknya mental penerus bangsa yang akan menjalankan pemerintahan kelak
2. Menghilangkan rasa patriotism dan cinta terhadap tanah air yang dapat mengakibatkan mudahnya pengaruh asing masuk kedalam Negara kita
3. Penyelundupan akan meningkat dan merugikan Negara
4. Pada akhirnya Negara dapat kehilangan identitas akibat berubahnya kebudayaan dan ciri khas Negara kita.
BAB III
PENANGGULANGAN PERMASALAHAN
3.1. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Adapun Upaya-upaya pencegahan tersebut Meliputi Peran dari pihak-pihak sebagai berikut :
A. Peran diri sendiri
Berusaha memahami dampak buruk penyalahgunaan Narkoba melalui peran aktif mengikuti seminar/penyuluhan Narkoba dan gemar mencari ilmu dari media apapun. Mempertebal keimanan terhadap agama, suka berbagi dan cerita ketika mendapatkan masalah. Berusaha selalu sabar dan tenang dalam menghadapi masalah dan cobaan. Selalu terbuka dan jujur terhadap keluarga. Dan tanamkan semboyan Say No to Drugs didalam diri kita.
Gambar 2.1. Semboyan dan dan ucapan untuk menjauho/menghindari narkoba
B. Peran Orang tua
Mengenali remaja beresiko tinggi menggunakan narkoba dan melakukan intervensi. Upaya ini dilakukan untuk mengenali remaja yang beresiko tinggi mengkonsumsi Narkoba setelah itu melakukan Intervensi terhadap mereka agar mereka tidak menggunakan Narkoba, usaha ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar factor yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik. Bersikaplah jujur dan selalu perhatian terhadap remaja, memperkuat kehidupan beragama didalam keluarga, menanamkan moral yang baik kepada anak dan anggota keluarga, memberikan pengertian dan penjelasan tentang bahaya Narkoba kepada anggota eluarga terutama remaja dan anak-anak. Memberikan kasih saying serta perhatian terhadap anggota keluarga.
C. Peran Pihak Pendidik formal
Misalnya pihak sekolah harus menanamkan moral yang baik dan pendidikan agama yang kuat, memperhatikan permasalahan yang ada pada anak didiknya, aktif mengadakan penyuluhan atau seminar anti narkoba.
D. Peran Masyarakat
Tidak memberikan kesempatan beredarnya Narkoba dilingkungan kita, Melaporkan transaksi-transaksi narkoba kepada pihak yang berwajib, dan menjauhi hal-hal yang berbau Narkoba secara bersama.
E. Peran Pemerintah
Aktif memberikan penyuluhan dan pendidikan tentang dampak buruk Narkoba kepada masyarakat, menindak tegas pelaku penyalahgunaan Narkoba. Membantu meringankan masalah masyarakat dengan cara membuka lapangan pekerjaan dan mengurangi tingkat kemiskinan.
F. Peran Tokoh masyarakat dan Tokoh Agama
Tidak henti-hentinya memberikan pengarahan dan ceramah tentang dampak buruk dari penyalahgunaan narkoba kepada masyarakat luas.
3.2. Upaya Penyembuhan terhadap Pecandu Narkoba
A. Sikap Pecandu
Adapun sikap yang harus dilakukan oleh pecandu Narkoba yang bersesuaian dengan tuntunan agama yaitu :
1. Yakinkan diri sendiri untuk menjauhi Narkoba
2. Selalu bersikap sabar dan menyerahkan diri sepenuhnya terhadap tuhan Yang Maha Esa.
3. Bertaubat dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan ( Allah SWT), agar kita tidak lagi mengulangi kesalahan tersebut.
4. Lebih mendekakan diri kepada tuhan dan selalu beribadah kepadanya.
5. Bersikap terbuka dan sayang terhadap keluarga.
B. Sikap kita terhadap pecandu
1. Membimbing pecandu kejalan yang benar, dan menimbulkan kembali kepercayaan diri pecandu tersebut bahwa taubatnya belum terlambat.
2. Membantunya menyelesaikan masalahnya dan selalu mengingatkannya hal-hal yang baik.
3. Memperlakukan pcandu tersebut secara manusiawi dan tidak membeda-bedakannya ataupun mengucilkannya.
4. Senantiasa mengingatkannya untuk tidak akan lagi kembali kedunia narkoba tersebut.
5. Mengobati si pecandu dipanti rehabilitasi jika perlu.
Gambar 2.2. Seorang pecandu Narkoba yang dirawat inap di panti Rehabilitasi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Narkoba yaitu singkatan dari Narkotika dan obat-obatan berbahaya dan terlarang, narkoba atau Napza adalah zat ataupun bahan yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa/psikologi seseorang (pikiran,perasaan dan prilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Maka dari itu, kita harus berhati-hati dan selalu peka menghadang masuknya dunia Narkoba di lingkungan kita terutama dilingkungan remaja, karena Remaja adalah sasaran utama dari perusakan Narkoba tersebut.
Mencegah masuknya Narkoba dikehidupan kita dan keluarga lebih baik dari pada mengobati diri kita yang telah tercandu Narkoba. Sebagai generasi penerus bangsa hendaknya kita bekerja sama untuk memerangi Narkoba.
Untuk mencegah serta mengusir Narkoba dari kehidupan kita membutuhkan kerjasama yang baik antara tiap keluarga, pihak pendidik formal, masyarakat luas, tokoh masyarakat/agama, serta pemerintah,agar tidak ada lagi sedikitpun peluang bagi narkoba untuk meresak mental penerus bangsa kita ini.
4.2.Saran
• Janganlah sekali-sekali mencoba untuk mendekati apalagi mengkonsumsi Narkoba.
• Berilah perhatian yang lebih dan selalu awasi anggota keluarga agar jangan sampai terjerumus kedunia Narkoba.
• Perteballah iman dan lebih dekatkan diri kepada Allah SWT
• Bertindak tegaslah kepada penjahat/pengedar Narkoba.
• Jangan bergaul dengan orang-orang yang senang mengkonsumsi Narkoba.
4.3 Penutup
Akhirnya makalah yang berjudul “Bahaya Narkoba bagi Kehidupan Remaja” yang sangat singkat ini telah dapat diselesaikan, dan semoga dapat memberikan banyak manfaat bagi para Remaja pada khususnya dan semua orang yang membaca makalah ini pada umumnya. Sehingga kelak bangsa kita ini akan menjadi bangsa yang tangguh di mata dunia karena memiliki SDM yang tangguh, berkompeten dan bebas dari Narkoba.
DAFTAR PUSTAKA
• http://web.netura.net.id
• http://wikipedia.com
• http://en.wikipedia.org/wiki/narcotik
• http://www.pikiran-rakyat.com
• http://www.wawasandigital.com
• Gunawan, hendri. Bahaya Narkoba bagi Kehidupan Manusia. Jogjakarta: Pustaka Widyatama, 2006
Langganan:
Postingan (Atom)